scout containers for change

PRAMUKA DIDIDIK UNTUK MENJADI TANGGUH DAN SEMANGAT PANTANG MENYERAH, SATYAKU KUDHARMAKAN DHARMAKU KUBAKTIKAN, IKHLAS BAKTI BINA BANGSA BERBUDI BAWA LAKSANA

Kamis, 07 Juli 2022

LAGU - LAGU PRAMUKA

Apa Kabar
Aku dan Jambore
Good Bye
Gembira Berkumpul
Dunia Kami
Disini Kita Bertemu
Disini Bertemu Lagi
Disini Senang Disana Senang
Aku dan Jambore
Di Bawah Langit Malam
Cinta Negeri
Cinta Negeri 2
Bertemu Lagi
Berkemah
Ayo Jalan
Ayo Bangun
ATBM
Api Unggun
Api Unggun 2
Apa Guna Keluh Kesah
Anak Desa
Alam Bebas

Senin, 04 Juli 2022

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA



Undang – Undang Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menegaskan bahwa Pancasila adalah asas Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka mempunyai fungsi sebagai sebagai wadah untuk mencapai tujuan pramuka melalui pendidikan dan pelatihan pramuka, pengembangan pramuka, pengabdian masyarakat dan orang tua, dan permainan yang berorientasi pada pendidikan.

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka tersebut telah ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131. Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka memuat 49 Pasal mencakup IX Bab sebagai berikut :

Bab I : Ketentuan Umum, memuat 1 Pasal

Bab II : Asas, Fungsi dan Tujuan, memuat 3 Pasal

Bab III : Pendidikan Kepramukaan, memuat 15 Pasal

Bab IV : Kelembagaan, memuat 16 Pasal

Bab V : Tugas dan Wewenang, memuat 2 Pasal

Bab VI : Hak dan Kewajiban, memuat 5 Pasal

Bab VII : Keuangan, memuat memuat 4 Pasal

Bab VIII : Ketentuan Peralihan, memuat 1 Pasal

Bab IX : Ketentuan Penutup, memuat 2 Pasal

Selengkapnya mengenai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 dapat di download disini
















Rabu, 29 Juni 2022

SEJARAH KEPANDUAN DUNIA

 SEJARAH PANDU DUNIA

Kepanduan dunia diawali dari pemikiran pemuda Inggeris yang merangkum dan menulis pengalamannya saat bertugas di Afrika dan India. Pemuda tersebut adalah Lord Baden Powell Of Gilwell dengan nama lengkap adalah Robert Stephenson Smyth Baden Powell atau lebih dikenal dengan Baden Powell

Baden Powel Lahir pada tanggal 22 Pebruari 1857 di London, ayahnya seorang Professor Geometry di Universitas Oxford, bernama Domine Baden Powell, yang meninggal ketika stephenson masih dalam usia yang belia. Baden Powell bergabung dengan pasukan Hussars ke 13 di India pada tahun 1876, kemudian dari tahun 1888-1895 Baden Powell sukses bertugas di India, Afganistan, Zulu, dan Ashanti. Semasa perang Boer Baden Powell bertugas sebagai staf dari pasukan Kerajaan Inggeris tahun 1896 - 1897, menjadi kolonel pasukan berkuda di Afrika Selatan dengan pengalaman terkepung oleh bangsa Boer di Kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari  dengan kondisi kekurangan makanan, kemudian mengalahkan Bangsa Zalu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik raja Dinizulu. 

Pengalaman tersebut kemudian ia tulis menjadi sebuah buku dengan judul "AIDS TO SCOUTING" yang sebenarnya memberi petunjuk kepada tentara Inggeris agar dapat melakukan tugas penyelidikan dengan baik. Buku tersebut memuat cara menjelajahi hutan, diperlukan kecakapan tertentu, baik diperoleh dari alam maupun tokoh masyarakat yang dilalui, seperti mengenali jejak perjalanan yang bau dilewati untuk keluar dari rimbunnya hutan, mengenali buah-buahan yang dapat dimakan, air boleh diminum, mengetahui arah mata angin dsb. 

Dalam menguji kebenaran isi buku AIDS TO SCOUTING, 21 orang pemuda yang menamakan kelompok Boys Brigade mengundang Baden Powell ma - sama membuktikannya mengadakan perkemahan di Pulau Brownsea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari, peserta perkemahan melakukan pengembaraan menrapkan isi buku  AIDS TO SCOUTING bersama Bden Powell. 

Pengalam dalam perkemahan tersebut dicatat setiap hari, pada akhir perkemahan catatan tersebut dikumpulkan menjadi satu oleh Baden Powell dan dijadikan sebuah buku yang berjudul " SCOUTING FOR BOYS " yang diterbitkan tahun 1908 

Sejarah Kepanduan tidak dapat dipisahkan dengan terbitnya buku Scouting For Boys, karena buku itulah yang pertama kali menyebabkan anak-anak dan remaja beramai ramai bergabung dalam kegiatan dialam terbuka yang dinamakan Gerakan Kepanduan ( Boys Scout )

Buku Scouting For Boys ditulis oleh Baden Powell pada tahun 1908, Buku ini pertama kali diedarkan pada tanggal 15 Januari 1908. oleh penerbit Horace Cox, Windsor House, Bream' Building, London E.C. Scouting For Boys begitu menarik perhatian dunia. Buku ini menjadi masterpiece yang terjual secara besar besaran di seluruh dunia sehingga terus menerus mengalami cetak ulang,  yang menarik dari buku Scouting For Boys selain isinya, Baden Powell juga melengkapi buku tersebut dengan gambar - gambar yang dibuatnya sendiri.

Selain mendirikan kepanduan putra, BP juga mendirikan kepanduan untuk putri dengan dibantu oleh adik perempuannya, Agnes Baden Powel. Yang dikemudian hari dilanjutkan oleh Lady Baden Powel. 

Kepanduan Siaga didirikan pada tahun 1916, dengan ilustrasi kegiatannya diambil dari buku yang terkenal karya Rudyar Kipling "The Jungle Book", yang berisikan cerita tentang petualangan Mowgli si anak serigala beserta teman - teman binatangnya, Bagheera si Macan Kumbang dan juga Bugaloo si Beruang.

Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918 Baden Powell mendirikan kepanduan untuk golongan penegak (Rover Scout). Untuk meningkatkan kualitas para penegak Baden Powell menulis buku berjudul Rovering To Succes (mengembara menuju kebahagiaan") di tahun 1912. Buku ini berkisah tentang petualangan seorang anak muda yang sedang berperahu menuju sebuah pantai yang oleh Baden Powell menyebutnya sebagai Pantai Bahagia, dengan melewati berbagai rintangan berebntuk karang-karang tajam yang berbahaya dan selalu menghalangi laju perahu pemuda tersebut.
Karang kehidupan itu, antara lain :
1. Karang Wanita
2. Karang perjudian
3. Karang minuman keras dan merokok
4. Karang mementingkan diri sendiri (egois) dan mengorbankan orang lain
5. Karang tidak bertuhan (atheis)
Jadi dari semula Baden Powell telah mengajarkan bahwa untuk bisa meraih keberhasilan, para pemuda harus bisa menahan diri dari berbagai macam tantangan dan rintangan.

Pada tahun 1920 para pandu sedunia berkumpul di Olympia, London dalam acara Jambore Dunia yang pertama. Ketika hari terkahir kegiatan Jambore tanggal 6 Agustus 1920 Baden Powell diangkat sebagai Chief Scout of The World atau Bapak Pandu Sedunia. 

Pada tahun 1920 dibentuklah Dewan Internasional yang mempunyai sembilan anggota dan kantor pusatnya  berada di London Inggeris. Kemudian Dewan Internasional berubah menjadi Biro Kepanduan Sedunia (World Scout Buereau), 

Pada tahun 1929 Baden Powell mendapat gelar kehormatan  "Lord" hingga namanya menjadi Lord Baden Powell Of Gilwell dengan julukan Baron, gelar tersebut diberikan oleh raja George V. setelah berkeliling dunia termasuk berkunjung ke Batavia tanggal 3 Desember 1934, sepulang meninjau Jambore di Australia. Baden Powell Beserta Istrinya menghabiskan waktu tinggal di Inggeris (1935-1938). Kemudian dia kembali ke Afrika tanah yang amat dicintainya, masa tuanya Nyeri, Kenya. Baliau Wafat tanggal 8 Januari 1941 dan di anatr di atas kereta yang ditarik oleh para pandu yang sangat mencintainya ke tempat peristirahatan terakhir. 

Pada tahun 1958 Biro Kepanduan Sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa, Kanada pada tanggal 1 Mei 1968 dipindahkan lagi ke Jenewa Swiss. 

Biro Kepanduan Sedunia (World Scout Buereau) terdiri dari : 
Biro Kepanduan Sedunia Putera, yang berkedudukan di kota Jenewa Swiss yang terdiri    dari lima sektor/wilayah, yaitu Costa Rica (Amerika Tengah dan Selatan), Mesir, Philipna (Asia), Swiss dan Nigeria. 
Biro Kepanduan Sedunia Puteri, yang berkedudukan di Kota London Inggeris. Dibagi dalam sektor juga, yaitu di kawasan/wilayah Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika, Amerika, dan Amerika Latin. 


  


 

Selasa, 28 Juni 2022

STRATEGI GERAKAN PRAMUKA

STRATEGI PENCAPAIAN GERAKAN PRAMUKA

1. STRATEGI DASAR

Dengan memperhatikan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), Visi dan Misi, serta Tujuh Program Prioritas yang dijadikan sebagai Rencana Strategis Gerakan Pramuka 2019-2024, maka dengan ini ditetapkan 10 (sepuluh) strategi dasar perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pencapaian rencana tersebut, yaitu : 

a. Strategi Inovasi, Ideologisasi dan Kaderisasi : 

Strategi ini diarahkan kepada peserta didik/anggota muda agar militansinya tumbuh kuat dan siap dididik menjadi calon pemimpin bangsa. Inovasi adalah pembaharuan, penggantian model lama ke model baru agar tetap relevan dan dipakai oleh user. Inovasi diarahkan pada kurikulum pendidikan kepramukaan secara general dengan mempertimbangkan semua faktor secara komprehensif dengan tetap mempertahankan Satya dan Darma Pramuka, Sistem Among, dan Metode Kepramukaan yang fundamental. Diharapkan dengan adanya inovasi yang konkret, maka Gerakan Pramuka akan menjadi pilihan utama bagi kaum muda untuk mengembangkan potensi dirinya. Ideologisasi dan kaderisasi, dua aspek yang saling terkait. Strategi ini menjadikan Satya dan Darma Pramuka sebagai ideologi Pramuka dan Gerakan Pramuka yang ditanamkan secara efektif kepada semua anggota, terutama melalui pendekatan kaderisasi Pramuka Garuda secara terukur. 

b. Strategi Re-orientasi dan Figurasi : 

Strategi ini diarahkan kepada anggota dewasa, baik yang aktif dalam pembinaan pendidikan kepramukaan maupun yang karena posisi publiknya aktif sebagai pengurus Kwartir Gerakan Pramuka. Re orientasi dimaknai sebagai upaya-upaya orientasi ulang tentang dunia kepramukaan, perjalanan sejarahnya di Indonesia, arti pentingnya bagi pengembangan generasi muda, hingga arah ke depan yang ingin dicapai. Upaya ini harus konsisten dan konsekuen dengen mengedepankan aspek kehormatan dan kejujuran, serta penghargaan dan pengakuan atas kehadiran, komunikasi dan kontribusi kepada Gerakan Pramuka. Dinamika kehidupan yang dihadapi anggota dewasa tentu lebih kompleks karena realitas yang dihadapinya sangat beragam. Polarisasi politik atau keyakinan tertentu seringkali mengarah kepada ditinggalkannya nilai nilai kepramukaan yang sebenarnya dapat dijadikan panduan dalam bertindak. Apalagi anggota dewasa yang tidak setiap saat aktif dalam 31 pembinaan. Re-orientasi dilakukan kepada warga masyarakat yang membutuhkan pencerahan kepramukaan maupun anggota dewasa yang menjadi pembimbing atau pengurus suatu Kwartir. Figurasi dimaknai sebagai upaya penokohan anggota dewasa sebagai teladan bagi peserta didik/anggota muda dan masyarakat. Di tengah era informasi yang flat, kehadiran tokoh-teladan cukup terabaikan karena kedudukan orang dewasa sebagai “sumber” dan “otoritas” sudah tergerus oleh sumber-sumber digital/internet. Upaya ini dikonkretkan dengan penyediaan Pembina, Pelatih, Pamong, Instruktur, dan fungsionaris organisasi yang memadai secara kuantitatif maupun kualitatif. Figurasi Sultan HB IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia adalah salah satu contoh positif yang dapat ditiru pada tingkatan lainnya di setiap daerah atau unit kegiatan tertentu. Tanpa adanya figurasi, maka “barisan penjaga” ruh, semangat, prinsip, dan metode kepramukaan semakin menyusut yang dapat berakibat pada melemahnya kedudukan Gerakan Pramuka sebagai pelaku pendidikan nonformal terbaik di Indonesia. Anggota dewasa, lebih khusus tenaga pendidik, adalah sumber mata air penanaman Satya dan Darma Pramuka yang strategis dan mahal bagi keberlangsungan organisasi maupun negara dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. 

c. Strategi Penguasaan Data : 

Kelemahan data telah menjadi masalah serius di kalangan bangsa Indonesia, termasuk lembaga pendidikan yang aliran datanya tidak ”secepat” yang berlaku di dunia politik atau bisnis pada umumnya. Keputusan, kebijakan, dan agenda yang ditetapkan oleh seseorang atau kelompok akan semakin keliru jika tidak memiliki data atau data yang dipegang ternyata tidak valid. Belum lagi, era digital menyediakan material data yang melimpah, namun perlu upaya lanjutan yang lebih spesifik agar mampu memilah data yang benar dan diperlukan bagi suatu keputusan. Strategi ini diarahkan terutama bagi pembuat keputusan di kalangan kepengurusan Gerakan Pramuka, terutama menyangkut data anggota, kekuatan-kekuatan fisikal, hingga persepsi publik yang terukur tentang Gerakan Pramuka. Penguasaan data diperlukan sebagai cara untuk membuat keputusan yang tepat dan berdampak positif bagi pengembangan organisasi. Lingkungan internal dan eksternal hanya dapat dipahami dan direspons jika data yang dimiliki memadai dan valid. Untuk itu, perencanaan dan pengembangan program atau kegiatan apapun tidak dapat terlepas dari penguasaan data ini. Budaya “maniak data” diupayakan dikembangkan secara konsisten agar menjadi gaya kerja dan tindak anggota, serta tidak mudah terjebak dalam pembuatan keputusan atau persepsi yang keliru tentang suatu masalah atau keadaan. 

d. Strategi Kolaborasi : 

Adalah tuntutan zaman bagi kita untuk bekerjasama dengan siapapun demi mencapai suatu tujuan dengan syarat kerjasama tersebut positif, legal, dan tidak menyimpang dari ketentuan moral Gerakan Pramuka. Kita tidak ingin melakukan apapun sendirian, karena dunia yang sudah terbuka memaksa kita untuk selalu komunikasi, koordinasi, dan kooperasi dengan kolega, pemangku kepentingan, bahkan dengan lawan sekalipun. Strategi ini diarahkan kepada pengelola kegiatan kepramukaan maupun nonkegiatan kepramukaan agar membiasakan diri untuk mampu berkolaborasi secara proporsional, tidak egois-sektoral, atau semata mata demi mencapai kejayaan pribadi. Diarahkan juga bagi para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di luar organisasi Kwartir agar berkolaborasi secara konstitusional dan berkeadilan demi tercapainya visi dan misi Gerakan Pramuka yang terkendali dan terukur. 

e. Strategi Infrastruktur dan Disiplin Organisasi : 

Strategi ini diarahkan untuk tercapainya minimum essential force-nya Gerakan Pramuka. Strategi bertahan-hidup, berketahanan, survive, dan responsif terhadap lingkungannya maupun persoalan apapun yang dihadapinya. Pada dasarnya, sekalipun masih menuai kritik, UU Gerakan Pramuka No. 12 Tahun 2010 telah memberikan dasar-dasar kelembagaan yang kuat. Untuk itu, apapun mandat yang diberikan oleh UU tersebut bagi pembangunan Gerakan Pramuka harus diimplementasikan secara lengkap dan konsisten. Disiplin organisasi harus ditegakkan dan menjadi tradisi yang positif. Salah satu upaya tersebut adalah penerapan mekanisme reward & punishment yang memadai agar tidak terjadi disinsentif dan dismotivasi bagi kalangan anggota. Disiplin juga dimaknai sebagai penguatan kualitas di semua lapisan sehingga standarisasi, akreditasi, sertifikasi, atau pengakuan/penghargaan memiliki legitimasi hukum dan moral yang kuat. Kebiasaan like and dislike dalam mengelola organisasi dan gerakan jika dibiarkan terus menerus akan menjadi penyakit yang sulit disembuhkan. 

f. Strategi Akselerasi Finansial : 

Strategi ini diarahkan bagi pengelola Kwartir yang bertanggungjawab atas jalannya penyelenggaran pendidikan kepramukaan. Ketergantungan sepenuhnya kepada pihak eksternal, termasuk Pemerintah, dalam pembiayaan kegiatan kepramukaan dalam jangka panjang tak lagi memadai karena dinamika keorganisasian yang semakin kompleks. Akselerasi diperlukan karena perkembangan lingkungan strategis yang memungkin Gerakan Pramuka untuk mencari sumber-sumber pendanaan lain yang absah. Namun demikian, akselerasi ini disertai dengan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah tetap dominan karena tugas pendidikan pada dasarnya merupakan amanat konstitusi. Namun secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang, porsinya tidak lagi dominan-absolut. Strategi ini diarahkan pada percepatan pendanaan melalui optimalisasi aset yang dilakukan dengan benar, transparan, dan tidak merugikan Gerakan Pramuka, serta usaha-usaha komersial atas hak kekayaan intelektual yang dilakukan dengan legal, transparan, dan berkeadilan. 

g. Strategi Komunikasi dan Apresiasi : 

Strategi ini menegaskan sekali lagi pentingnya komunikasi. Banyak masalah yang muncul dan juga bisa diselesaikan dengan komunikasi yang jujur, elegan, dan efektif. Komunikasi organisasional dimaksudkan untuk menjaga nama baik dan citra positif terhadap suatu lembaga. Arus deras informasi melalui media sosial telah melahirkan anarkisme-digital terutama dengan akun-akun anonim yang menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Tokoh atau badan yang bereputasi baguspun tak luput dari serangan-serangan negatif. Untuk itu, strategi ini diarahkan untuk mengantisipasi hal tersebut tapi juga secara aktif-positif menyampaikan konten-konten yang bermakna bagi pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Komunikasi diikuti dengan apresiasi. Banyak sekali kegiatan-kegiatan positif dan prestasi membanggakan yang ditorehkan oleh anggota, namun kurang mendapat pengakuan. Apresiasi akan dilakukan dengan cara memberikan penghargaaan atas karya yang menginspirasi dan dijadikan role model bagi generasi muda. Contoh-contoh terbaik dapat direplikasi dalam berbagai lapisan dan dihibridasi sehingga akan terbentuk suatu komunitas dan jejaring yang diisi oleh orang-orang hibrid, yang terbaik, tapi juga yang paling dicari karena nilai tingginya. 

h. Strategi Gerakan Kerelawanan : 

Strategi ini pada intinya transformasi dari semangat kerelawanan individual menjadi gerakan kerelawanan yang melembaga, sistematis, dan bersumberdaya besar. 

i. Strategi Keunggulan Internasional : 

Sebagai pramuka terbesar di dunia, Gerakan Pramuka memiliki kedudukan strategis. Hampir seperlima anggota kepramukaan dunia, disumbang oleh Indonesia. Posisi ini semakin dipandang penting, karena WOSM menargetkan pencapaian anggota dalam dua dekade mendatang. Pada sisi yang lain, beban iuran Gerakan Pramuka kepada WOSM ikut meningkat. Dua hal ini menjadi dinamika relasional tersendiri antara dua lembaga ini. Untuk itu strategi ini diarahkan kepada komunitas pramuka internasional, bilateral maupun multilateral, dimana Indonesia harus berperan aktif dalam pengembangan kepramukaan sedunia. Kegiatan pendidikan kepramukaan maupun kegiatan keorganisasian dalam berbagai forum internasional harus menjadi unjuk prestasi bangsa. Peluang ini tersedia lebar jika berhasil dimanfaatkan secara optimal. 

j. Strategi Advokasi : 

Strategi ini diarahkan kepada pihak-pihak eksternal yang melanggar ketentuan-ketentuan yang mengatur penyelenggaraan pendidikan kepramukaan Gerakan Pramuka. Secara internal, kwartir akan secara aktif melakukan upaya-upaya pembelaan hukum atas masalah hukum yang dihadapi anggotanya sejauh dilakukan dalam koridor hukum yang berlaku di Indonesia. 

2. STRATEGI OPERASIONAL

Sebagai turunan dari strategi dasar, maka dikembangkanlah strategi operasional agar lebih membumi. 

a. Strategi Inovasi, Ideologisasi, dan Kaderisasi : 

1) Menyusun kurikulum pendidikan kepramukaan yang baru. 

2)     Melakukan proses ideologisasi Satya dan Darma Pramuka secara terstruktur,         sistematis, dan massif. 

                  3)   Menjadikan Gugus Depan rumah induk yang yang menarik, menyenangkan                              dan menyehatkan dalam rangka penyelesaian syarat kecakapan umum dan                              khusus. 

4)    Menyelenggarakan pertemuan peserta didik mulai ditingkat gugus depan                 sampai ditingkat internasional (persami, perjusami, pesta siaga, persari,                 jambore, gla    dian pinru, raimuna, binsat, binmas, pramuka peduli, dll)                     sebagai media impleentasi nilai-nilai dan keterampilan yang telah diberikan            dan dalam rangka memberikan tantangan dan pemantapan karakter. 

5)   Menyelenggarakan lomba antar peserta didik sebagai benchmark tentang             ketrampilan, sikap, perilaku dan budi pekerti luhur yang telah diberikan                 selama latihan dan penghayatan dalam berbagai pertemuan peserta didik. 

6) Mengembangkan kegiatan kepramukaan yang aman, menarik, menantang,             menyenangkan dan menyehatkan sesuai dengan kemajuan teknologi dan              kebutuhan peserta didik. 

7)     Meningkatkan penghargaan/pengakuan (recognition) terhadap kemampuan             dan        ketrampilan yang diperoleh untuk bekal dalam meniti kehidupan                 sebagai kader pemimpin bangsa yang potensial (sertifikasi kerampilan).

b.     Strategi Re-orientasi dan Figurasi : 

1) Mengadakan orientasi kepramukaan bagi Majelis Pembimbing di semua tingkatan tanpa terkecuali. 

2) Mengadakan orientasi kepramukaan bagi berbagai kelompok masyarakat, termasuk masyarakat dunia usaha. 

3) Menata kuantitas dan kualitas tenaga pendidik Pramuka secara sistematis dan komprehensif. 

4) Pengadaan pembina gudep, sehingga pada tahun 2024 tercapai minimal 4 orang pembina putera dan 4 orang pembina puteri yang kompeten di setiap gugus depan dan atau rasio pembina dan peserta didik kurang dari 1 : 40. 

5) Pemantapan dan pemutakhiran sistim dan metoda pendidikan bagi anggota dewasa (pembina, pelatih, mabi, dan pengelola kwartir). 

6) Pengadaan tenaga Pramuka Profesional sehingga pada tahun 2024 tercapai minimal 5 orang Pembina Profesional di tingkat Kwarnas dan 3 orang Pembina Profesional di tingkat kwarda. 

7) Pemberdayaan dan penguatan gugus depan. 

8) Peningkatan peran kepala sekolah dan orang tua pada tiap gudep. 9) Melengkapi sarana dan prasarana gudep. 

c. Strategi Penguasaan Data : 

1) Melakukan konsientasi (penyadaran bersama) betapa pentingnya data bagi setiap proses individu dan organisasi. 

2) Menyiapkan perangkat pendataan berteknologi. 

3) Melatih sumber daya manusia Pramuka agar ahli dalam pembangunan dan pengolahan data strategis. 

4) Memastikan keputusan organisasi yang akan diambil berbasis data dan ketentuan ini diikat dalam regulasi. 

5) Optimalisasi Kartu Tanda Anggota (KTA). 

d. Strategi Kolaborasi: 

1) Memastikan kerjasama tidak merugikan Pramuka atau hanya mengeksploitasi Pramuka demi ekstensi lembaga yang bersangkutan. Kerjasama diarahkan untuk optimalisasi program dan pemberdayaan anggota Gerakan Pramuka demi masa depan mereka. 

2) Memastikan dalam kerjasama bahwa Pramuka memiliki brand, jaringan organisasi, dan massa. 

3) Mengadakan audit kinerja atas kerjasama yang telah dilangsungkan. 

e. Strategi Infrastruktur dan Disiplin Organisasi: 

1) Implementasi peraturan dan penyelenggaraan organisasi secara konsisten. 

2) Sosialisasi, evaluasi, revisi dan enforcement terhadap peraturan dan petunjuk penyelenggaraan Gerakan Pramuka. 

3) Peningkatan peran dan fungsi majelis pembimbing di kwartir dan satuan. 

4) Peningkatan peran dan fungsi andalan kwartir dan seluruh fungsionaris organisasi di semua lapisan. 

f. Strategi Akselerasi Finansial: 

1) Memastikan, menjaga, dan mempertahankan fungsi, status dan kepemilikan lahan/tanah Gerakan Pramuka tetap menjadi milik Gerakan Pramuka. 

2) Memastikan badan usaha PT. Madu Pramuka, PT. Molino Pramuka, PT. Pustaka Tunas Media, dan PT. Bahtera Tunas Mandiri berjalan secara baik, profesional, dan memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan kepramukaan. 

3) Mengelola hak kekayaan intelektual secara profesional, kooperatif, dan berkeadilan. 

4) Memperpanjang sertifikat Merk Gerakan Pramuka (habis Januari 2024). 

g. Strategi Komunikasi dan Apresiasi: 

1) Menjaga dan menjamin citra dan reputasi di lingkungan internal dan eksternal Gerakan Pramuka. 

2) Melakukan upaya dan gerakan “Sadar Komunikasi” bagi seluruh anggota. 

3) Menjadi akun media sosial sebagai kantor berita. 

4) Memiliki Sistem Informasi Manajemen (SIM). 

5) Menerapkan keterbukaan informasi publik dan pelayanan publik di organisasi Gerakan Pamuka sebagai upaya menjaga kepercayaan publik. 

h. Strategi Gerakan Kerelawanan: 

1) Melakukan transformasi gerakan kerelawanan dalam segala aspeknya. 

2) Memantapkan gerakan lingkungan hidup sebagai kewajiban semua anggota. 

3) Membangun Pramuka Peduli secara besar, modern, dan dipercaya publik. 

4) Berperanserta memberantas penyakit-penyakit masyarakat seperti narkoba, radikalisme-terorisme, dan lain-lain. 

i. Strategi Keunggulan Internasional: 

1) Berpartisipasi aktif dalam berbagai forum dan kegiatan organisasi kepramukaan dunia, Asia-Pasifik, ASEAN, dan antar dua negara. 

2) Berperan secara aktif dalam berbagai kegiatan penentuan kebijakan kepramukaan di tingkat dunia. 

3) Memperkokoh jejaring dengan berbagai organisasi kepramukaan di luar negeri. 

j. Strategi Advokasi 

1) Membentuk Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pramuka dan mengelola jejaring pengacara aktivis Pramuka. 

2) Mengambil langkah-langkah hukum atas permasalah hukum yang dihadapi Gerakan Pramuka.

 

Senin, 27 Juni 2022

VISI DAN MISI GERAKAN PRAMUKA

 

VISI DAN MISI DALAM RENCANA STRATEGIS

1. Visi dalam Rencana Strategis 

Visi adalah penglihatan dalam wujud konkret, gambaran-nyata akhir, tujuan tertinggi, cita-cita, dan ujung dari semua keinginan dan rencana seorang atau kelompok atau organisasi. Tidak ada yang ingin mencapai garis finish tanpa hasil yang nyata sebagaimana yang telah dibayangkan dan direncanakan sebelumnya. Visi juga merupakan sumber energi, semangat, dan daya tahan yang memberikan inspirasi, aksi, dan kreasi bagi tiap-tiap pendukung visi tersebut. Jadi, visi dan rencana adalah dua hal yang mustahil untuk dipisah-pisahkan. 

Visi dalam rencana strategis adalah turunan dan penjabaran lima tahunan dari visi dalam Arah Kebijakan Gerakan Pramuka 2014-2045 yaitu 

"Gerakan Pramuka Wadah Utama Pembentukan Kader Pemimpin Bangsa" 

Dalam rangka mendapatkan kader-kader pemimpin bangsa dari kalangan Pramuka dengan kualifikasi berkarakter, berkecakapan, bela negara, dan berkerelawanan sebagaimana yang telah diterakan dalam Satya dan Darma Pramuka, maka diperlukan sub-visi atau visi turunan yang mendukung tercapainya Arah Kebijakan Gerakan Pramuka tersebut. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang berjalur pendidikan nonformal, Gerakan Pramuka akan fokus memaksimalkan kedudukan tersebut dan menjadikannya sebagai wahana untuk melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia di masa mendatang. Untuk itu visi lima tahunan ini dirumuskan sebagai berikut: 

“Terdepan dalam pendidikan nonformal bagi kaum muda 
agar berkarakter dan berkecakapan hidup” 

Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan nonformal dalam pembentukan karakter dan kecakapan hidup. Gerakan Pramuka terus berkomitmen untuk mewujudkan hasil pendidikan kepramukaan agar setiap anggota Gerakan Pramuka memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berahlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memeiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun negara kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila serta melestarikan lingkungan hidup. Perwujudan hasil pendidikan tersebut menjadikan Gerakan Pramuka sebagai organisasi terdepan dalam pendidikan nonformal. 

2. Misi dalam Rencana Strategis 

Misi adalah tugas seumur hidup, mandat yang diberikan oleh konstitusi atau keputusan-keputusan organisasional, atau kemauan publik yang idealis, dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan agar seorang individu dan kelompok atau organisasi tetap diakui keberadaan dan kegunaannya bagi realitas pada umumnya. Misi harus tunduk dan mengabdi kepada visi diatas, agar visi itu tercapai dan terwujud dalam alam kenyataan. Misi dan pelaksanaan misi harus dilakukan apapun keadaan yang dihadapi dengan tetap mempertimbangkan berbagai faktor agar efektif. 

1. Mewujudkan sistem keorganisasian dan kepengelolaan Gerakan Pramuka yang yang menyeimbangkan volunterisme dan profesionalisme, modern, dan melayani seluruh pemangku kepentingan kepramukaan. 

2. Mewujudkan sistem dan tatalaksana pendidikan kepramukaan sebagai pendidikan nonformal yang unggul yang mampu menjawab tantangan lingkungan strategis bangsa, menghasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas sesuai Satya dan Darma Pramuka, dan menjadi pilihan utama kaum muda Indonesia dalam mengembangkan potensi dirinya. 

3. Mewujudkan kapasitas keuangan, usaha, dan aset Gerakan Pramuka yang memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan kepramukaan dan memiliki kemandirian minimum bagi keberlanjutan Gerakan Pramuka. 

4. Mewujudkan kiprah dan pengabdian Gerakan Pramuka kepada masyarakat, bangsa, dan negara secara maksimal melalui pendekatan informatika, komunikasi publik dan semangat kerelewanan yang berkelanjutan. 

Misi ini diterjemahkan ke dalam agenda-agenda pokok atau program prioritas sebagai instrumen pelaksanaan suatu misi dan pencapaian sebuah visi. Program prioritas ditetapkan dengan sangat ketat, relevan, dan yang benar-benar dinyatakan sebagai suatu kebutuhan strategis organisasi. Dengan mempertimbangkan analisis objektif, regulasi, dan kehendak tertinggi dari Gerakan Pramuka dan para pemangku kepentingan Pramuka, maka program prioritas ditetapkan sedemikian rupa sebagai patokan pelaksanaan program lanjutan yang lebih rinci

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting